0























Karier awal Raffles (1781-1826) sebagai juru tulis sebuah perusahaan Hindia-Timur (1795) memberikan latar belakang ketekunannya sebagai penulis. Di samping itu, menurut sebuah biografi, Raffles dikenal sebagai seorang yang tekun, rajin belajar, ulet, dan berkemauan keras. Tanpa itu semua mustahil mahakarya “The History of Java” akan selesai dikerjakannya. Raffles mempunyai semua syarat sebagai penghasil mahakarya (masterpiece).

Raffles berada di Jawa pada 1811-1816, pertama kali sebagai Lieutenant Governor of Java yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal Inggris di India yaitu Lord Minto (nama aslinya Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmond). Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816. Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah menggagas dan mengerjakan proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra (Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan suatu perjanjian tak diserahkan ke tangan Belanda.

Hati Raffles sebenarnya telah tertambat dengan Jawa dan ia benci Belanda kembali berkuasa di Jawa. Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan di  Pulau Singapura dalam kerja sama dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan koloni di Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura dari Belanda dan Bugis. Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru yang meskipun kecil, namun akan jauh lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai Belanda. Sumpah Raffles terwujud. Singapura menjadi pusat perdagangan paling penting di wilayah Hindia Timur, sampai kini.

Karena situasi politik, tahun 1823 Raffles meninggalkan Indonesia (Bengkulu) dan tiga tahun kemudian meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45. Meskipun ia meninggal dalam usia yang masih tergolong muda, telah banyak jejak yang ditinggalkan Raffles terutama dalam karya-karya ilmu pengetahuan alam dan sejarah Jawa dan Sumatra. Adalah Raffles yang menggagas pendirian Kebun Raya Bogor dan membantu botanist Prof. Reindwardt (Belanda) dengan ahli2 dari Inggris untuk menyelesaikannya dan meresmikannya pada tahun 1817. Kebun Raya dan kebun binatang di Singapura yang terkenal itu juga didirikan oleh Raffles. Adalah atas prakarsa Raffles juga warisan budaya Jawa digali dan ditemukan : Candi Borobudur (1814), Candi Panataran (1815), Candi Prambanan (1815). Begitu besar perhatiannya pada sastra dan budaya setempat membuat Raffles mendirikan Museum Etnografi Batavia. Raffles pun sebagai administrator pemerintahan di Jawa dan Bengkulu banyak  meninggalkan sistem-sistem pemerintahan seperti pembagian karesidenan, sistem
pajak, dsb.

Semua jejak dan karya Raffles terekam dalam buku History of Java. Buku ini adalah referensi komprehensif tanah Jawa. “Buku ini benar-benar penting…Kombinasi antara teks yang secara ilmiah begitu orisinal dengan sejumlah ilustrasi yang indah,…berkualitas tinggi, sebuah mahakarya…yang
dihasilkan oleh pengamatan langsung penulisnya terhadap tradisi dan lingkungan Jawa”, begitu tulis Bastin dan Brommer (1979) dalam bukunya “Nineteenth Century Prints and Illustrated Books of Indonesia” – sebuah buku yang membahas buku-buku tentang Indonesia yang terbit pada abad ke-19.

Secara garis besar, Raffles membagi bukunya ke dalam 11 Bab, sebagai berikut :
Bab 1 : Kondisi Geografis Pulau Jawa (termasuk di dalamnya keterangan geologi)
Bab 2 : Asal Mula Penduduk Asli-Jawa
Bab 3 : Pertanian di Jawa
Bab 4 : Manufaktur  (Industri) di Jawa
Bab 5 : Perdagangan di Jawa
Bab 6 : Karakter Penduduk di Jawa
Bab 7 : Adat Istiadat Penduduk di Jawa
Bab 8 : Bahasa dan Sastra
Bab 9 : Agama
Bab 10 : Sejarah dari Awal-Munculnya Islam
Bab 11 : Sejarah dari Munculnya Islam-Kedatangan Inggris

Lampiran-lampirannya ada 12 (Lampiran A-M), sebagai berikut :

Lampiran A : Kemunduran Batavia
Lampiran B : Perdagangan dengan Jepang
Lampiran C : Terjemahan versi moderen Suria Alem (sebuah karya sastra)
Lampiran D : Hukum pada Pengadilan Propinsi di Jawa
Lampiran E : Perbandingan kosakata bahasa-bahasa suku di Jawa dan sekitarnya
Lampiran F : Cerita Pulau Sulawesi dan perbandingan kosakata bahasa-bahasa suku
Lampiran G : Angka-angka Candra Sengkala
Lampiran H : Terjemahan Manik Maya
Lampiran I : Terjemahan huruf prasasti Jawa dan Kawi Kuno
Lampiran J : Pulau Bali
Lampiran K : Instruksi Pajak
Lampiran M : Memorandum tentang berat, ukuran, dll.

Dapat dilihat bahwa cakupan pembahasan Raffles komprehensif. Keterangan-keterangan dalam teks-nya dilengkapi dengan catatan-catatan kaki yang detail. Referensi berhubungan pada zamannya digunakannnya untuk memperkaya keterangan.

Sedikit kutipan yang menyangkut geologi saya tuliskan di sini, yaitu tentang gununglumpur Bledug Kuwu. Demikian tulis Raffles. ”Beberapa objek yang tidak dikenal, yang hanya dapat dilihat dengan penjelasan tertentu, adalah ledakan-ledakan lumpur, terletak di antara distrik Grobogan di barat, dan
distrik Blora serta Jipang di timur. Penduduk lokal menyebutnya Bledeg, dan Dr.Horsfield menyebutnya sumur garam. Sumur garam ini menyebar ke seluruh distrik dengan aliran seluas beberapa mil, dan dasarnya seperti banyak ditemukan di beberapa tempat yang ada aliran air tawar, akan menjadi batu kapur…” (keterangannya masih panjang).

Raffles juga membahas tentang rembesan-rembesan gas dan minyak (jauh lebih awal daripada pemetaan sistematik pertama rembesan minyak dan gas oleh Belanda pada tahun 1850), tentang mineral dan bahan tambang.

Saat Raffles memerintah di Jawa terjadilah letusan gunungapi dengan energi terbesar di dunia dalam masa sejarah manusia : Tambora 1815 di Sumbawa. Dan, Raffles sangat detail menggambarkan peristiwa letusannya sampai efek-efek kerusakannya. Saya belum pernah menemukan keterangan lain sedetail keterangan Raffles tentang saat-saat letusan dahsyat Tambora tersebut. Orang harus mengacu kepada buku Raffles untuk mengetahui saat-saat letusan Tambora 1815.

Demikianlah sekilas memperkenalkan The History of Java (Raffles, 1817), sebuah buku tentang Jawa yang sangat berharga. Walaupun ditulis 191 tahun yang lalu, selalu ada hal-hal yang berharga yang bisa dipelajari daripadanya untuk kepentingan masa kini.

Saat meninggalkan Jawa dan Sumatra, Raffles menangis meratapi alam dan penduduk yang dicintainya, yang dihentikannya dari perbudakan, yang digambarkannya sebagai ”orang pribumi yang tenang, sedikit berpetualang, tidak mudah terpancing melakukan kekerasan atau pertumpahan darah”.

”I believe there is no one possessed of more information respecting Java than myself.” (Thomas Stamford Raffles, 1817).

Post a Comment Blogger

Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau titip link, akan dimasukan ke folder SPAM.
Untuk pertanyaan di luar topik artikel silahkan tag [OOT]
menyisipkan kode, gunakan tag <i rel="code">KODE ANDA DI SINI...</i> atau <i rel="pre">KODE ANDA DI SINI...</i>
menyisipkan gambar, gunakan tag <i rel="image">URL GAMBAR ANDA DI SINI...</i>
menyisipkan judul, gunakan tag <b rel="h3">JUDUL ANDA DI SINI...</b>
menyisipkan catatan, gunakan tag <b rel="quote">CATATAN ANDA DI SINI...</b>
menciptakan efek tebal gunakan tag <b>TEKS ANDA DI SINI...</b>
menciptakan efek huruf miring gunakan tag <i>TEKS ANDA DI SINI...</i>

Tools Konversi

 
Top